Jumat, 18 September 2015

Islam di Jepang dan Fakta fakta menariknya

Islam di Jepang biasanya dianut oleh orang Turki, Arab, Melayu, dan Indonesia yang melakukan studi atau bekerja di Jepang. Islam dalam bahasa Jepang adalah イスラム教 (bahasa Jepangisuramukyou)

Antara 1877 dan Perang Dunia II

Hubungan Islam dengan Jepang ini masih terbilang belia jika dibandingkan hubungan agama ini dengan negara-negara yang lain di seluruh dunia.
Tidak terdapat sebuah hitungan yang nyata tentang hubungan-hubungan antara agama Islam dengan Jepang atau cerita sejarah tentang Islam di Jepang melalui penyebaran agama, kecuali beberapa hubungan tersembunyi antara penduduk-penduduk Jepang dengan orang-orang Muslim dari negara lain sebelum tahun 1868.
Agama Islam diketahui untuk pertama kali oleh penduduk Jepang pada tahun 1877 sebagai sebagian pemikiran agama barat dan pada sekitar tahun itu, kehidupan Nabi Muhammad diterjemahkan dalam Bahasa Jepang. Ini membantu agama Islam menempatkan diri dalam pemikiran intelek orang Jepang, tapi hanya sebagai satu pengetahuan dan pemikiran.
Lagi satu hubungan yang penting dibuat pada tahun 1890 ketika Turki Usmaniyah mengirim utusan yang menumpang sebuah kapal yang dinamakan "Ertugrul" ke Jepang untuk tujuan menjalin hubungan diplomatik antara kedua negara serta untuk saling memperkenalkan orang Muslim dan orang Jepang. Kapal itu yang membawa 609 orang penumpang dalam pelayaran pulang ke negara mereka tenggelam dengan 540 penumpang tewas.
Dua orang Jepang Muslim pertama yang diketahui ialah Mitsutaro Takaoka yang memeluk Islam pada tahun 1909 dan mengambil nama Omar Yamaoka setelah menunaikan haji di Mekah, serta Bumpachiro Ariga yang pada masa yang lebih kurang sama telah pergi ke India untuk berdagang dan kemudian memeluk Islam di bawah pengaruh orang-orang Muslim di sana serta mengambil nama Ahmad Ariga. Bagaimanapun, kajian-kajian ini telah membuktikan bahwa seorang Jepang yang dikenali sebagai Torajiro Yamada mungkin merupakan orang Jepang Muslim yang pertama ketika ia melawat negara Turki disebabkan turut berduka cita dengan korban tewas dalam kecelakaan maut Ertugrul. Dia mengambil nama Abdul Khalil dan mungkin pergi ke Mekah untuk naik haji.
Bagaimana pun, kehidupan komunitas Muslim yang benar tidak bermula sehingga beratus-ratus pelarian Muslim Turki, Uzbekistan, Tajikistan, Kirghizstan, Kazakhstan dan Tatar Turki yang lain dari Asia Tengah dan Rusia, pengaruh Revolusi Bolshevik semasa Perang Dunia I. Orang-orang Muslim ini yang diberikan perlindungan di Jepang menetap di beberapa pelabuhan utama di sekitar Jepang dan mendirikan komunitas-komunitas Islam. Segelintir orang Jepang memeluk Islam melalui hubungan mereka dengan orang-orang Muslim ini.
Dengan pembentukan komunitas-komunitas Muslim ini, beberapa buah masjid telah didirikan. Masjid yang paling penting di antaranya ialah Masjid Kobe yang didirikan pada tahun 1935, dan Masjid Tokyo yang didirikan pada tahun 1938. Bagaimanapun, orang Jepang Muslim tidak mengambil bagian dalam pengelolaan masjid-masjid ini dan tidak terdapat orang Jepang yang menjadi imam, dengan pengecualian Syaikh Ibrahim Sawada, imam pada Ahlulbayt Islamic Centre di Tokyo.

Setelah Perang Dunia II

Gerbang muka Mesjid Kobe.
Saat Perang Dunia II, salah satu "Ledakan Islam" dimulai oleh kelompok militer di Jepang melalui pendirian pusat-pusat studi untuk mengkaji Islam dan Dunia Muslim. Pilot-pilot tempur Jepang yang pergi ke negara-negaraAsia Tenggara sebagai tentara semasa Perang Dunia II diajarkan untuk mengucapkan "La ilaha illa Allah" digunakan ketika pesawat-pesawat mereka ditembak jatuh di kawasan-kawasan ini supaya mereka tidak dibunuh. Sebuah pesawat Jepang telah dikatakan ditembak jatuh dan pilotnya diamankan oleh penduduk setempat. Apabila pilot itu mengucap kata-kata "ajaib" itu, mereka merasa terharu ketika penduduk-penduduk itu berubah sikap terhadapnya, dan memperlakukannya dengan baik. Telah dikatakan bahwa pada waktu itu, lebih dari 100 buah buku dan jurnal mengenai Islam telah diterbitkan di Jepang. Bagaimanapun, pusat-pusat pengkajian ini sama sekali tidak diketuai atau diurus oleh orang-orang Muslim dan tujuannya bukan untuk penyebaran Islam. Tujuan yang sebenarnya adalah untuk menambah wawasan militer dengan pengetahuan yang diperlukan mengenai Islam dan orang Muslim karena terdapat komunitas-komunitas Muslim yang besar di kawasan-kawasan yang diduduki oleh angkatan militer Jepang di negara RRT dan negara-negara Asia Tenggara. Oleh karena itu, dengan berakhirnya perang pada tahun 1945, pusat-pusat pengkajian ini menghilang sama sekali.
Ada lagi satu "Ledakan Islam", kali ini selepas krisis minyak 1973. Media massa Jepang telah memberi penerbitan yang besar tentang Dunia Muslim, dan khususnya kepada Dunia Arab, akan pentingnya negara-negara ini terhadap ekonomi Jepang. Dengan penerbitan ini, banyak orang Jepang yang tidak mempunyai secuil pengetahuan tentang Islam mempunyai peluang untuk melihat rukun Islam ke-5, Haji di Mekah serta untuk mendengar panggilan Azan (panggilan Islam untuk Shalat) dan pembacaan Al-Quran. Selain itu banyak orang Jepang yang memeluk Islam secara terang-terangan ketika itu, terdapat juga banyak upacara Islamisasi massal yang terdiri dari berpuluh-puluh ribu orang. Bagaimanapun, selepas krisis minyak selesai, kebanyakan pemeluk Islam Jepang meninggalkan agama itu. Orang-orang Turki merupakan komunitas Muslim yang terbesar di Jepang hingga akhir-akhir ini.

Era Modern

Di masa kini ketika Jepang menjadi salah satu tujuan pendidikan, usaha dan wisata yang populer, banyaknya pekerja, pelajar dan wisatawan muslim turut mempengaruhi perkembangan Islam disana. Minister Sato, Wakil Duta Besar untuk Indonesia menyatakan: "Di Jepang pada tahun seribu sembilan ratus tiga puluhan (1930-an), hanya ada dua masjid, namun saat ini sudah terdapat lebih dari seratus masjid. Masyarakat Islam yang ada di Jepang, paling banyak orang Indonesia, kemudian orang Pakistan, Bangladesh, dan Iran. Pusat Islam dan Asosiasi Muslim Jepang di Tokyo menjadi pusat studi Islam dan Bahasa Arab bagi warga Jepang, yang banyak menarik perhatian warga muda Jepang. Saya percaya, akumulasi dari berbagai usaha yang kecil seperti ini, dapat memberi andil bagi dunia yang lebih damai."
Bandara-bandara internasional di Jepang berusaha menjadi lebih ramah kepada umat Islam dengan menyediakan fasilitas dan ruang ibadah di tengah kenaikan tajam pengunjung dari dunia Islam menyusul kelonggaran dari pemerintah Jepang tentang peraturan untuk mengeluarkan visa pada Juli 2013.
Kyoto, juga berencana menjadi kota yang ramah terhadap muslim. Pasca pembebasan visa pada Juli 2013, jumlah pengunjung muslim asal Malaysia ke Jepang meningkat dan mendorong pemerintahan di Kyoto mencari cara untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kyoto memiliki kelompok studi dibawah Asosiasi Muslim Kyoto. Asosiasi yang berdiri sejak tahun 1987 ini mengusahakan agar muslim dapat mengunjungi masjid dan beribadah di dalamnya, menyediakan ruangan dengan petunjuk arah kiblat, juga memberikan informasi terkait tempat-tempat makan halal yang di Kyoto.

Persatuan Muslim Jepang

Serangan Jepang terhadap China dan negara-negara Asia Tenggara semasa Perang Dunia II menghasilkan hubungan-hubungan antara orang-orang Jepang dengan orang-orang Muslim. Mereka yang memeluk agama Islam melalui hubungan-hubungan itu kemudian mengasaskan Persatuan Jepang Muslim di bawah pimpinan Allahyarham Sadiq Imaizumi pada tahun 1953. Persatuan tersebut ialah organisasi Jepang Muslim yang pertama.
Ketua kedua persatuan ini ialah Allahyarham Umar Mita. Mita merupakan orang Islam yang tipikal bagi generasi tuanya yang mempelajari Islam di wilayah-wilayah yang diduduki oleh Kekaisaran Jepang. Melalui hubungan-hubungannya dengan orang-orang Cina Muslim, dia memeluk Islam di Beijing. Saat Mita kembali ke Jepang selepas perang, dia menunaikan haji, dan merupakan orang Jepang pertama sesudah peperangan untuk berbuat demikian. Mita juga membuat terjemah Al-Quran bahasa Jepang untuk pertama kali. Oleh itu, hanya selepas Perang Dunia II baru terdapat sebuah komunitas di Jepang.

Orang Jepang Muslim

Tidak terdapat sensus yang bisa dilihat tentang bilangan orang Jepang Muslim di Jepang. Sebagian orang menyatakan bahwa bilangannya hanya dalam beberapa ratus. Ketika ditanya, Abu Bakr Morimoto manjawab, "Berbicara jujur, hanya seribu. Dalam pengertiannya yang paling umum, jika kita memasukkan mereka yang memeluk Islam tetapi tidak mengamalkan agama ini, umpamanya hanya untuk perkawinan, bilangannya mungkin dalam beberapa ribu.".
Tetapi terdapat juga kelemahan dari segi orang-orang Islam Jepang sendiri juga. Terdapat perbedaan orientasi antara generasi yang tua dengan generasi yang baru. Bagi generasi yang tua, Islam disamakan dengan orang Islam MalaysiaIndonesiaChina, dan sebagainya. Tetapi bagi generasi baru, negara-negara Asia Tenggara tidak begitu menarik hati disebabkan orientasi barat mereka dan oleh itu, mereka lebih dipengaruhi oleh Islam di negara-negara Arab.
Ketika melawat negara-negara Muslim, kata-kata bahwa orang-orang Muslim Jepang adalah kumpulan agama minoritas sering menimbulkan masalah daripada para hadirin, "Berapakah jumlah orang Muslim di Jepang?" Jawaban ketika ini: "Satu daripada seratus ribu."

Dakwah di Jepang

Statistik menunjukkan bahwa di sekitar 80% dari jumlah penduduk Jepang adalah penganut Buddha atau Shinto, sedangkan hanya 0,095% atau hanya berjumlah 121.062 orang. Bilangan pendakwah yang berpotensi dalam komunitas Muslim di Jepang adalah amat kecil, dan terdiri dari para pelajar dan berbagai jenis pekerjaan yang bertumpu di kota besar seperti HiroshimaKyotoNagoyaOsaka dan Tokyo.
Terdapat keperluan yang lanjut untuk orang-orang Muslim bertahan dari tekanan-tekanan dan godaan-godaan gaya hidup modern yang lebih menggoda. Orang-orang Muslim juga menghadapi kesulitan terhadap komunikasi, perumahan, pendidikan anak, makananhalal, serta kesusasteraan Islam, dan semua ini menghalangi kegiatan-kegiatan dakwah di Jepang.
Tanggapan salah terhadap ajaran Islam yang diperkenalkan oleh media-media barat perlu diluruskan dengan cara yang lebih cakap dan yang mengambil kira ciri penting masyarakat Jepang sebagai salah satu negara yang paling tidak buta huruf di dunia. Bagaimanapun, disebabkan persebaran orang Muslim yang amat sedikit, terjemahan Alquran dalam bahasa Jepang juga tidak mudah didapati. Hampir tidak adanya kesusasteraan Islam di dalam toko-toko buku atau perpustakaan-perpustakaan umum, kecuali beberapa esai dan buku dalam bahasa Inggris yang dijual pada harga yang kurang terjangkau.
Oleh itu, tidaklah mengejutkan untuk mendapati bahwa pengetahuan orang awam Jepang tentang agama Islam hanya dihadapkan kepada beberapa istilah yang berkaitan dengan poligamiSunni dan SyiahRamadhan, Haji, Nabi Muhammad, dan Allah. Dengan kesan-kesan yang semakin terang tentang kesadaran kewajiban komunitas-komunitas Islam serta penilaian yang rasional, Umat Muslim telah menunjukkan tanggungan yang lebih kuat terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan dakwah dengan cara yang lebih teratur.

>> J-FAKTA ISLAM DI JEPANG <<

1. Mesjid di Jepang
Jumlah mesjid di Jepang terbanyak terletak di Tokyo. Mesjid tertua di Jepang adalah mesjid kobe didirikan thn 1928 oleh pedagang dari India. Mesjid tertua di Tokyo adalah mesjid jamii yg dibangun thn 1938 didirikan oleh orang Turki. Mesjid terbaru sekarang adalah mesjid gifu , porpinsi Aichi, proyek pembangunan mesjid ini menelan biaya sebesar 129... juta yen atau 1,1 juta dolar AS. Mesjid besar tidak banyak, kebanyakan bangunan sederhana berupa rumah, apartment atau ruangan kosong yg disewa beberapa orang. Karena membuat keributan dan kebisingan dilarang di Jepang (termasuk jg agama lain) maka suara adzan hanya terdengar di dalam ruangan mesjid saja.
2. Jumlah penganut islam di Jepang
Agama adalah urusan pribadi yang sama sekali tidak diatur oleh pemerintah. Namun menurut perkiraan yg dibuat oleh Islamic Center di Jepang menyebutkan angka sebesar 70.000 sampai 200.000 di Jepang.
3. Wilayah dengan penduduk muslim terbanyak
Kota apakah di Jepang yang memiliki jumlah muslim terbanyak? jawabannya adalah tidak ada. Demikian juga dengan pertanyaan seperti desa atau perkampungan muslim, bisa dikatakan tidak atau belum ada di Jepang.
4. Muslim terbanyak di Jepang adalah warga Indonesia
Kebanyakan dari umat muslim yang ada di Jepang adalah para pendatang dengan profesi yg beragam, umumnya pelajar, pekerja bisnis, tenaga kerja magang, serta staff kedutaan beserta keluarganya. Mereka tinggal dan tersebar di berbagai tempat namum umumnya di kota besar seperti Tokyo, Nagoya, Osaka, Hiroshima, Kobe, Hamamatsu atau Hokkaido. Komposisi terbesar dari penduduk muslim di Jepang adalah warga Indonesia sekitar 20.000. Angka ini sepertinya masuk akal karena berdasarkan dari kedutaan besar Jepang di Jakarta menyebutkan bahwa jumlah warga negara Indonesia yang tinggal di Jepang 23.890 per Desember 2004
5. Orang pertama yang memeluk islam di Jepang
Torajiro Yamada (1957), Mitsutaro Takaoka (1909), Bunpachiro Ariga (1946), Nurullah Tanaka Ippei (1934). Orang Jepang muslim yang pertama kali naik haji adalah Haji Kataro Yamaoka (Sumber: berita Antara). Organisasi muslim pertama adalah Japan Muslim Asociation berdiri thn 1953 dibawah pimpinan Shadiq Imaizumi dengan jumlah anggota 65 orang.
6. Masa keemasan Islam di Jepang.
setelah perang dunia kedua, perkembangan islam di Jepang mencapai masa keemasan karena saat itu banyak tentara yang bertugas di negara lain yg memeluk islam dan kemudian mendirikan organisasi serta menyebarkan agama islam ke masyarakat luas. Kemudian saat terjadi krisis minyak thn 1973, karena perhatian Jepang beralih ke negara penghasil minyakyang sebagian besar adalah negara arab. Perkembangan islam di Jepang jg menunjukkan kenaikan setelah peristiwa 11 september 2001, serta setelah perang teluk yang berakhir dengan dikuasainya Irak oleh pasukan Amerika. Saat inilah perkembangan islam mencapai puncaknya karena tiap hari mesjid tidak pernah sepi dari kunjunga orang Jepang yaitu sekitar 50 orang perhari yang ingin berpindah memeluk agama Islam.
7. Masa Suram Islam di Jepang
Perkembangan islam di Jepang juga pernah menjadi sorotan karena beberapa kasus seperti pembunuhan Hitoshi Igarashi 11 juli 1991 yg menghebohkan. Beliau adalah dosen bidang studi islam yg ditemukan berlumuran darah di ruang kerjanya di Universitas Tsukuba Ibaraki. Kasus lainnya adalah terbunuhnya Kazuya Ito, tenaga sukarelawan di Afganistan thn 2008. Pembunuhan yg mengatas namakan kelompok islam tersebut menculik Kazuya Ito sehabis bekerja.
8. Toleransi dan kemudahan beragama di Jepang
Salah satu sebab agama islam bisa berkembang di Jepang adalah karena bagusnya iklim masyarakat Jepang dan jaminan pemerintah terhadap kebebasan beragama. Bebas untuk tidak memeluk agama apapun. Orang Jepang secara umum bisa dikatakan tidak mengenal agama, jadi tidak ada fanatisme agama dalam diri mereka. Agama hanyalah sekedar aktivitas budaya yg tidak tercatat pada dokumen identitas apapun.

10.000 ORANG JEPANG MASUK ISLAM


Sekitar 10.000 orang Jepang Masuk Islam, Total pemeluk Islam 120.000 Muslim. Walau media Barat mendiskreditkan dan menciptakan kebencian/islampobhia, namun kenyataanya Islam Jepang berkembang tiap hari, di Tokyo saja tahun 2010, memiliki lebih dari 60 Masjid, 100 Musholla. Demikian hasil Penelitian Prof. Hirofumi Tanada, profesor ilmu kemanusiaan di Universitas Waseda Tokyo


Meskipun Islam dianggap agama terbesar kedua setelah Kristen, jumlah Muslim Jepang masih kecil dibandingkan dengan di AS ada 2.454.000 muslim atau di Inggris ada 1.647.000 Muslim, menurut laporan Pew Research center per 2009. Harian Japantimes, melaporkan

http://www.japantimes.co.jp/text/nn20101114f1.html

Nur Ad-Din Mori, pengkaji Islam, memprediksi Islam akan berkembang pesat di Jepang. Namun, persoalannya, SDM asli Jepang belumlah cukup. Sekalipun ada, pengetahuan mereka tentang Islam perlu diperluas. "Jika dibiarkan, maka kita sulit berbicara masa depan Islam di negeri ini,Islam adalah agama berfondasi ilmu pengetahuan. Apabila kita tidak bermodalkan pengetahuan, perkembangan Islam di Jepang tidak akan bergerak sebagaimana mestinya," seperti dikutip missionislam.com.




Intelektual Muslim asli Jepang, Hasan Ko Nakata. Di depan seratus ribu peserta Konferensi Khilafah pada 2007 lalu berbicara lantang berbahas Jepang artinya "Saatnya Khilafah memimpin dunia!".

Sejarah mencatat, tiga orang Jepang pemeluk Islam pertama:
• Tahun 1890, Torajiro Yamada masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Abdul Khalil.
• Tahun 1909, Mitsutaro Takaoka memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Omar Yamaoka.
• Tahun 1909 Bumpachiro Aruga memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Ahmad Aruga

Bila Anda menginginkan Beasiswa study Jepang, silakan hubungi,
http://pmij.us/info-edukasi/beasiswa-monbukagakusho.html
http://pmij.us/info-edukasi/beasiswa-lainnya.html

Pembinaan Mualaf Jepang
http://www.dompetdhuafa.jp/program/dompet-dhuafa-japan/pembinaan-mualaf.html

Toko dan Restoran Halal di Jepang
http://www.dompetdhuafa.jp/tentang-jepang/islam-di-jepang/makanan-halal-haram-.html

Muslim Indonesia yang ingin bergabung dengan Mualaf dan Muslim jepang silakan klik:
Persaudaraan Muslim Jepang Indonesia http://pmij.us/
Keluarga Masyarakat Islam Jepang http://kmii-jepang.org/
Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia Jepang (KAMMI Jepang)http://kammi-jepang.org/

Pusat kegiatan Islam di Tokyo Camiee & Turkish Cultural Center (Masjid Tokyo) di Shibuya Ward, atau Silakan lihat-lihat Masjid di Jepang
http://www.masjid.jp/list.html
http://www.dompetdhuafa.jp/tentang-jepang/islam-di-jepang/masjid-di-tokyo.html
http://pmij.us/islam-di-jepang/info-masjid/masjid-di-tokyo.html
http://agustian.wordpress.com/2008/09/01/mosque-in-japan/
Loading...
Please wait...